Selasa, 13 Maret 2012

Penyembahan

(Oleh: Pdt. Robi Panggarra, M.Th.)
 
Secara etimologi, ada beberapa kata yang digunakan untuk penyembahan dalam Alkitab, seperti yang dikutip oleh Sadhu Sundar Selvaraj dalam bukunya:
Sahah (Ibrani) berarti menyembah, meniarapkan diri, membungkuk (Kejadian 37:7, 9, 10, 12; Imamat 26:1).  Kata ini pun berarti merundukkan (membungkukkan) badan, menjatuhkan diri, memohon dengan rendah hati, melakukan penyembahan.  Kata ini secara spesifik dipakai untuk mengartikan: bersujud, bertiarap, sebagai suatu tindakan penghormatan di hadapan seorang yang mulia.  Sahah digunakan sebagai suatu istilah yang umum untuk datang di hadapan Allah dalam penyembahan (Keluaran 34:8; I Samuel 15:25; Yeremia 7:2).  Proskuneo (Yunani) berarti penyembahan; melakukan penghormatan kepada; mencium (seperti seekor anjing yang menjilati tangan tuannya).  Kata ini diterjemahkan sebagai penyembahan sebanyak 60 kali.  Definisi yang lebih luas lagi dari kata ini adalah mencium tangan sebagai bukti penghormatan; berlutut dan dengan dahi menyentuh tanah sebagai suatu ekspresi yang sangat menghormati; menyembah dengan berlutut; atau bertiarap untuk melakukan penghormatan atau penyembahan, entah itu untuk mengekspresikan rasa hormat atau membuat suatu permohonan kepada Allah.  Sebomai (Yunani) berarti memuja-menekankan perasaan kagum atau ketaatan.  Latreuo (Yunani) berarti melayani, menyembah.  Arti yang luas adalah menyembah Allah dengan taat dalam setiap upacara yang diadakan untuk menyembah Dia: dalam hal para imam untuk memimpin, untuk melaksanakan suatu jabatan yang suci.  Eusebo (Yunani) berarti bertindak dengan saleh atau hormat kepada Allah.[1]

Selain beberapa istilah di atas, masih ada juga istilah lain yang sering digunakan dalam Alkitab untuk penyembahan.  “Kata yang paling umum untuk penyembahan dalam Perjanjian Lama adalah kata Ibrani Hawah.  Bentuk aslinya adalah histahawah, yang artinya bow down (bersujud), to pay homage (memberi penghormatan), dan worship (menyembah).”[2]
Dari beberapa kata kutipan di atas yang digunakan untuk penyembahan dalam Alkitab, dapat disimpulkan bahwa penyembahan adalah sikap merendahkan diri dihadapan Allah yang dapat ditunjukkan dengan cara: membungkuk, bersujud, bertiarap dengan tujuan memberikan penghormatan, menyembah, atau memohon kepada Allah sebagai yang layak serta yang agung mengatasi ciptaan-Nya.
Beberapa pengertian tentang penyembahan juga dijelaskan oleh Ronald Allen dan John Mac Arthur dalam bukunya masing-masing, yaitu:
Pertama, “Worship is an active response to God whereby declare His worth.”[3]
Kedua, “Worship means “to attribute worth” to something or someone.”[4]
Ketiga, “Penyembahan adalah penghormatan dan pemujaan yang ditujukan kepada Allah.”[5]
Keempat, “Penyembahan adalah memberi kepada Tuhan dan menuntut seumur hidup untuk memberi kepada Dia korban yang dimintanya: diri kita secara total.”[6]
Dari sekian banyak catatan tentang penyembahan, terlihat kesamaan dalam beberapa hal, seperti: adanya penghormatan, tanggapan, pemberian kepada yang disebut berkuasa yakni Tuhan.  Sehingga dapat dikatakan bahwa penyembahan adalah sebuah tanggapan hati orang percaya kepada Allah, yang diikuti oleh sikap hormat kepada-Nya dengan memberikan persembahan yang layak bagi Dia.
Baik secara etimologi maupun epistimologi, terlihat persamaan yang khas menunjuk kepada penyembahan yaitu pemberian bagi Tuhan.  Dalam konsep Israel, menyembah merupakan pekerjaan yang mereka lakukan sebagaimana pekerjaan lain.  Hal itu terlihat dari pengasingan suku Lewi menjadi kelompok yang melayani di rumah Allah secara khusus dan tidak boleh mengabaikan tugas itu demi pekerjaan yang lain (Imamat 8-9).  Dengan kata lain, itu adalah pekerjaan suku Lewi turun-temurun.  Mereka bekerja untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan bait Allah setap hari.



[1] Sadhu Sundar Selvaraj, Seni Menyembah: Menjadi Penyembah Yang Dicari Tuhan (Jakarta: Nafiri Gabriel, 1996), 39-40.
[2] Djohan E. Handojo, The Fire of Praise and Worship: 7 Langkah Menjaga Api Pujian dan Penyembahan Tetap Menyala (Yogyakarta: ANDI, 2007), 12.
[3] Ronald Allen and Gordon Borror, Worship: Rediscovering the Missing Jewel (Oregon: Multnomah Press, 1982), 16.
[4] Ibid.
[5] John Mac Arthur, Prioritas Utama Dalam Penyembahan (Bandung: Kalam Hidup, n.d.), 26.
[6] Bob Sorge, Mengungkap Segi-Segi Pujian dan Penyembahan: Bimbingan praktis untuk memahami, mendalami serta mempraktikkan pujian dan penyembahan yang hidup di tengah ibadah (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002), 51.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar